Beberapa jenis jamur memang bisa dimakan. Namun tak sedikit juga spesies jamur yang bersifat toksik. Di kesempatan ini, Anda bisa menyimak 15 jenis jamur paling berbahaya.
Waspadalah pada Beberapa Jenis Jamur Paling Berbahaya
Jamur sebagaimana organisme lainnya memberikan manfaat sekaligus ancaman bagi manusia. Ada jamur-jamur yang bisa digunakan sebagai camilan bahkan obat, namun ada juga yang sifatnya sangat toksik.
Contohnya jamur kuping, jamur kancing, dan tiram. Beberapa jamur yang disebutkan tersebut bisa diolah menjadi berbagai masakan lezat. Restoran vegetarian pun sering mengandalkan bahan jamur sebagai subtitusi untuk daging dengan hasil yang sangat memuaskan.
Namun sekali lagi, di balik berbagai jenis jamur yang sangat lezat tersebut, tak sedikit yang harus benar-benar dihindari. Sebab efeknya yang berbahaya bagi tubuh.
Dikisahkan bahwa sang penulis The Horse Whisperer bernama Nicholas Evans harus menghembuskan nafas terakhirnya setelah liburan dengan sang istri. Hal ini terjadi setelah ia memasak dan memakan jamur toksik yang membahayakan.
Ia mengira, jamur yang dimakannya adalah jamur edible, sebab selama ini berkembang pemahaman bahwa jamur yang toksik memiliki tampilan berbeda dengan jamur edible. Padahal kenyataannya tidak selalu demikian.
7 Jenis Jamur Paling Berbahaya dengan Efek Fatal
Amanita phalloides
Amanita phalloides dikenal sebagai salah satu jamur paling mematikan yang tersebar luas di Eropa. Dan yang mengkhawatirkan, penampakan jamur ini mirip dengan salah satu jenis jamur yang sering dimakan di benua biru tersebut.
Amanita phalloides mampu menghasilkan amatoksin yang tidak mudah rusak sehingga benar-benar membahayakan tubuh. Ketika seseorang tak sengaja memakannya, ia akan merasakan perut yang sakit, diare, dehidrasi, hingga kerusakan organ dalam (untuk kasus yang sudah parah).
Sekira 50% orang yang mengonsumsi jamur amanita phalloides mengalami koma hingga kematian. Beberapa tokoh pun tercatat meninggal karena spesies ini seperti Paus Clement VII dan Claudius, sang penguasa empayar Roma.
Conocybe filaris
Conocybe filaris banyak ditemukan di Amerika terutama di bagian barat laut samudra pasifik. Dilihat sekilas, Conocybe filaris tampak tak membahayakan. Malah ia terlihat selayaknya jamur yang aman dikonsumsi. Namun rupanya ia bisa menghasilkan mikotoksin seperti jenis jamur paling berbahaya pertama.
Gejala keracunan jamur Conocybe filaris muncul setelah 6-24 jam sejak konsumsi. Perut akan terasa sakit namun kemudian membaik. Hanya saja, setelah itu akan muncul gejala yang lebih parah di mana penderita berada dalam situasi hidup dan mati. Sebab pada akhirnya mikotoksin tersebut bisa menyebabkan kegagalan organ dalam seperti hati dan ginjal.
Jamur Webcap (Cortinarius sp)
Terdapat dua jenis jamur webcap dari genus Cortinarius. Yang pertama adalah Cortinarius rubellus dan yang kedua adalah Cortinarius orellanus (fool webcap). Keduanya sangat mirip dengan berbagai jenis jamur yang aman untuk dimakan.
Kedua spesies Cortinarius menghasilkan racun bernama orellanin. Gejala yang muncul pertama kali adalah gejala-gejala mirip flu. Hal ini berlangsung cukup lama dari 2 hari hingga 3 minggu (21 hari). Alhasil, sering terjadi kesalahan diagnosis yang berakibat fatal.
Jamut orellanin bisa menyebabkan kerusakan pada organ-organ penting seperti ginjal. Dan bila tak segera ditangani, penderita bisa meninggal dunia.
Galerina marginata
Jenis jamur paling berbahaya berikutnya adalah Galerina marginata. Di barat, spesies ini lebih dikenal dengan nama autumn skullcap. Persebarannya cukup luas dari belahan bumi utara hingga belahan bumi selatan.
Jenis toksin yang dihasilkan adalah amatoksin sebagaimana racun pada Amanita phalloides. Gejala keracunannya juga serupa mulai dari diare, muntah-muntah, hipotermia, dan gangguan pada organ dalam terutama hati dan ginjal.
Destroying Angels (Amanita sp)
Genus Amanita memiliki beberapa anggota yang beracun. Selain Amanita phalloides yang dijelaskan di atas, terdapat juga kelompok destroying Amanita yang sama berbahayanya. Misalnya Amanita bisporigera.
Gejala yang ditimbulkan A. bishporigera cukup serius. Penderita dalam waktu 24 jam setelah mengonsumsi jamur ini akan mengalami mual, muntah, delirium, hingga kegagalan organ dalam.
Podostroma cornu-damae
Jenis jamur paling berbahaya bernama podostroma cornu-damae  banyak ditemukan di Asia. Warna jamur tampak begitu memesona dengan tampilan merah menyalanya. Namun toksinnya begitu destruktif untuk tubuh.
Podostroma cornu-damae menghasilkan racun bernama trichothecene. Gejala keracunan jamur ditunjukkan dengan rasa sakit pada perut, kulit mengelupas, rambut rontoh, tekanan darah rendah, nekrosis hati, hingga kematian apabila tak segera ditangani secara medis.
Di Jepang dan Korea, tercatat beberapa kasus fatal akibat warga yang mengira Podostroma cornu-damae sebagai jamur edible.
Lepiota brunneoincarnata
Lepiota brunneoincarnata tersebar di banyak tempat di penjuru dunia. Kita bisa menemukannya tumbuh di benua Eropa hingga Asia. Untungnya, hingga saat ini kasus keracunan akibat Lepiota brunneoincarnata tergolong rendah. Sebab penampakannya memang cukup berbeda dengan spesies jamur edible.
Racun yang dihasilkan jamur lepiota brunneoincarnata berjenis amatoksin. Gejalanya serupa dengan jenis jamur penghasil amatoksin yang lainnya.