Keberadaan fungisida sebagai antijamur yang menjadi andalan sudah bukan hal baru. Bahan ini sering digunakan manusia untuk mengatasi kemunculan jamur pada media berupa tumbuhan, kayu, maupun material lainnya.
Sejarah Singkat Fungisida
Pemakaian antijamur atau fungisida pertama kali dilakukan di abad ke 18. Saat itu, ada seorang Bernama Millardet yang menjadi menjadi penemunya. Ia menemukan bahwa kapur terhidrasi dengan tembaga sulfat ternyata dapat membantu menjaga anggur tetap dalam kondisi baik dan terhindar dari seranga jamur.
Selanjutnya, orang berkebangsaan Perancis itu semakin mendalami dan belajar untuk mengembangkan bahan antijamur (antifungi) yang ditemukannya. Perkembangan dari penelitian tersebuu memberikan hasil berupa perlindungan atau proteksi yang lebih optimal.
Dari data tahun 1944 sampai 2002, diketahui terjadi tren penurunan penggunaan fungisida. Hal tersebut terjadi karena tingkat efektivitas dari penggunaan antijamur tersebut semakin baik. Sehingga jumlah yang digunakan semakin sedikit namun tetap mampu memberikan hasil optimal.
Memiliki Fungsi yang Beragam pada Berbagai Bidang
Pemakaian bahan antijamur ini dapat digunakan pada berbagai jenis jamur maupun spora. Terlebih saat ini, semakin banyak pula berkembang jenis-jenis fungisida sesuai dengan media dan kebutuhannya masing-masing.
Berikut adalah beberapa bidang yang dapat menggunakan bahan ini, di antaranya:
· Untuk industri kayu (wood preservation)
Sebagai material alami, kayu juga menjadi salah satu material yang disukai jamur untuk tempat tumbuhnya. Cara yang dilakukan untuk mengatasi kemunculan jamur pada kayu biasanya dengan melapisi kayu menggunakan fungisida.
Wood preservation treatment menjadi cara ampuh yang kerap dilakukan untuk menjaga kualitas kayu tetap prima. Baik kayu yang masih berbentuk log dan belum diolah, ataupun yang sudah diolah menjadi berbagai produk.
· Fungisida untuk kebutuhan pertanian dan perkebunan
Penggunaan antijamur untuk pertanian maupun perkebunan bukanlah hal baru. Hal ini sudah dilakukan sejak lama, bahkan bidang ini berkaitan erat pula terhadap sejarah awal ditemukannya fungisida.
Dalam bidang ini, bahan antijamur dipakai untuk tanaman yang sedang dibudidayakan dan termasuk komoditas yang ditunggu hasil panennya. Untuk mendapatkan hasil panen terbaik, pemakaian antijamur tentu dilakukan untuk menjaga tanaman dari serangan jamur saat dibudidayakan.
Karena, jamur memang dikenal sebagai musuh besar dari tanaman komoditas pertanian. Sehingga tidak heran jika pemakaiannya pada industri pertanian maupun perkebunan sangatlah penting.
· Antijamur untuk bidang kesehatan
Jamur juga dapat memberikan pengaruh pada bidang kesehatan, termasuk mempengaruhi kesehatan manusia. Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan merusak tubuh manusia.
Namun pada penanganannya, antijamur yang digunakan tentu berbeda dengan jenis antijamur untuk industri kayu maupun pertanian. Tidak heran jika saat ini semakin banyak jenis fungisida yang ada di pasaran dan memiliki target sasaran yang beragam pula.
Dapat Menjadi Bahan yang Berbahaya dan Resisten
Meski memiliki banyak manfaat pada berbagai bidang, penggunaan fungisida sebagai antijamur andalan tetap perlu diwaspadai. Karena jika terus menerus digunakan, bahan tersebut dapat memberikan efek bahaya hingga menjadi resisten untuk digunakan.
Pemakaian bahan ini pada dasarnya dapat menyebabkan keracunan yang membahayakan jika terus menerus digunakan, terlebih saat digunakan dalam dosis yang tinggi. Bukan hanya jamur saja yang akan terkena pengaruh dari penggunaannya jika terus terusan digunakan. Tetapi organisme lain yang terkena paparannya juga.
Oleh karena itu, pemakaian antijamur ini sangat disarankan untuk digunakan dalam jumlah sewajarnya. Gunakanlah sesuai dengan kebutuhan agar efek toksik yang dihasilkan tidak berbahaya dan justru dapat menyebabkan keracunan.
Bahkan, ada pula beberapa golongan fungisida yang telah terbukti mengandung kadar toksisitas tinggi dan termasuk dalam produk berbahaya. Sehingga peredarannya juga sudah dilarang oleh pemerintah, apalagi untuk digunakan.
Efek dari pemakaian bahan ini secara terus menerus salah satunya adalah dapat menyebabkan resistensi hama. Organisme berupa jenis jamur yang tadinya dapat diatasi dengan menggunakan produk ini lama kelamaan akan menjadi tahan dan tidak mempan untuk dibasmi dengan fungisida.
Untuk itu, diperlukan penanganan khusus untuk mengatasi munculnya jenis-jenis sasaran yang resisten tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara:
- Gunakan fungisida sebagai sebagai bahan preventif yaitu digunakan sebelum terjadinya serangan jamur. Bukan sebagai bahan yang digunakan setelah jamur menyerang dan menimbulkan kerusakan pada media.
- Sebaiknya, gunakanlah antijamur sesuai dengan rekomendasi yang ada.
- Aplikasikan produk antijamur yang terintegrasi, bukan hanya mengandalkan penggunaan fungisida saja.
Kerugian Akibat Serangan Jamur
Kemunculan jamur kerap mengganggu dan menimbulkan berbagai permasalahan. Dari yang hanya membuat tampilan kurang menarik, hingga benar-benar mampu menyebabkan kerusakan pada media. Terlebih jika kerusakan yang timbul pada furniture kayu akibat kemunculan organisme pengganggu ini.
Jamur sendiri memiliki beberapa kategori atau golongan. Kemunculannya pada material kayu tentu sangat mengganggu. Jamur dapat muncul sebagai decaying fungi yang menyebabkan kayu membusuk ataupun muncul sebagai mold (stain fungus) yang menyebabkan kerusakan berupa perubahan warna kayu.
Jika tidak segera di atasi, tentu saja hal tersebut akan semakin parah. Baik kerusakan pada kondisi fisik berupa rusaknya struktur sel maupun kerusakan pada estetika yang menyebabkan tampilannya menjadi tidak menarik lagi.
Belum lagi kemunculan saptain yang harus ditangani dengan bleaching untuk menyeragamkan warna kayunya. Peran dari penggunaan antijamur berkualitas seperti fungisida ini tentu menjadi hal yang krusial. Mengingat kerusakan yang ditimbulkan dapat sangat merugikan bagi kondisi kayu maupun media lain yang terkena serangannya.