Pengeringan kayu adalah proses mengeluarkan air dari substrat kayu. Proses ini sangat krusial dilakukan karena berpengaruh pada usia pakai dan keberhasilan pengolahan material tersebut.
Kandungan air di dalam kayu (MC atau Moisture Content) yang tinggi akan membuat kayu sulit dicat, dibuat ukiran, tak stabil ukurannya (bisa menyusut ketika air menguap di lingkungan panas), dst. MC kayu yang tinggi juga menyebabkan substrat tersebut mudah diserang hama perusak seperti jamur dan serangga.
Nilai MC Ideal dan Proses Pengeringan Kayu
Nilai ideal MC tergantung dari peruntukan kayu-kayu tersebut ke depannya. Sebagai contoh untuk pembuatan furniture, idealnya nilai MC adalah 8 – 12%. Kondisi ini mengindikasikan kayu dalam keadaan kering dan cukup baik diolah sebagai berbagai macam furniture.
Bagaimana persentase MC yang rendah tersebut didapat? Harus dipahami dulu bahwa pada dasarnya, di dalam kayu terdapat unsur padat serta air yang sekaligus berperan sebagai pengikat pori-pori. Beberapa cara dapat dilakukan untuk ‘mengeluarkan’ kandungan air tersebut ke udara. Zaman dulu, orang akan melakukan pemanasan di bawah sinar matahari maupun menggunakan api.
Kiln Dry
Akan tetapi, cara tersebut untuk saat ini jelas tak efektif dilakukan. Yang paling banyak dilakukan di industri pengolahan kayu adalah memanfaatkan kiln dry.
Pengeringan kayu kiln dry dilakukan dengan memasukkan kayu-kayu di dalam ruangan menyerupai oven agar air di dalamnya menguap. Sumber panas bisa didapat dari matahari (solar klin dry) maupun listrik. Kayu-kayu yang akan dikeringkan sendiri disusun dengan stacking seperti gambar di bawah ini. Tujuannya, agar panas bisa tersebar merata sekaligus menghindari permukaan kayu lembab.
Obat Pengawet Tetap Diperlukan
Meski kiln dry terbukti efektif untuk mengeringkan kayu, akan tetapi tetap saja material tersebut dalam resiko terserang hama. Pada saat belum memasuki proses pengeringan kayu, ancaman jamur begitu mengkhawatirkan. Apalagi pada kayu bergetah seperti pinus dan karer. Tidak jarang terjadi kasus dimana perusahaan harus memotong bagian ujung kayu produksinya karena telah terserang blue stain. Sebuah kerugian sepele tapi bila diakumulasikan bisa menghabiskan milyaran rupiah.
Hal yang sama berlaku pada masa penyimpanan hingga pengiriman. Apalagi bila kemudian produk kayu tersebut digunakan sebagai produk tanpa finsihing. Kayu memang kering, tapi kondisi ini dapat berubah dengan meningkatnya kelembaban di udara. Akibatnya ancaman hama seperti jamur hingga kumbang perusak tinggal tunggu waktu saja terjadi..
Aplikasi pengeringan yang baik dan penggunaan obat pengawet bisa jadi solusi untuk Anda. Kayu yang kering dan terlindung bahan pengawet akan jauh lebih menguntungkan. Data penelitian FAO di India menyebut bahwa kayu yang ditreatment dengan baik dapat bertahan hingga 8 kali usia pakai normalnya. Luar biasa kan?